Pages

Rabu, 03 April 2013

Anang Sujana


Didikan keras ala tentara dan pengalaman panjang mengantarkan Nana Anang Sujana menjadi pengusaha boneka sukses. Lewat bendera Hayashi Toys, kini, Sujana mampu menjual ribuan boneka saban hari. Omsetnya ratusan juta rupiah.

Boneka memang identik dengan dunia anak-anak yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Tapi, boneka yang lucu dan menarik bisa juga lahir dari tangan seorang anak tentara yang dididik keras, seperti Nana Anang Sujana. Lewat bendera Hayashi Toys, Nana kini menjadi pengusaha boneka yang terbilang sukses.

Dalam sehari, rata-rata, Sujana mampu memproduksi 2.500 buah boneka dengan harga berkisar Rp 5.000-Rp 250.000 per boneka. Tak heran, dari penjualan boneka ini, ia mampu mengantongi omset hingga Rp 25 juta saban hari, atau sekitar Rp 750 juta per bulan.

Itu belum termasuk omset dari penjualan boneka yang dipasok produsen boneka lain. Dalam sehari, ia mampu menjual 2.500 boneka dari pemasok lain itu. Alhasil, total omset gerai Hayashi Toys mencapai Rp 1 miliar lebih per bulan.

Namun, Sujana harus bekerja keras untuk mencapai kesuksesannya. Jiwa mandiri dan keras yang ditanamkan sejak kecil menempanya jadi pengusaha yang tahan banting.

Pria kelahiran Bogor, 41 tahun yang lalu, ini sudah berpisah dengan orangtua sejak umur tujuh tahun. Pasalnya, sejak SD sampai SMP, ia tinggal di pesantren bersama kakaknya. Selepas dari pesantren, Sujana melanjutkan sekolah ke SMA dan tinggal bersama kakaknya yang lain.

Meski terpisah dari orangtua, anak ketiga dari lima bersaudara ini dididik secara keras oleh ayahnya yang seorang tentara. Meski kini sehari-hari bergaul dengan boneka, ia mengaku sejak kecil tidak suka boneka. Cita-citanya dari kecil adalah menjadi seorang polisi atau tentara seperti ayahnya.

Namun, setelah lulus SMA, Sujana malah memilih bekerja di Jakarta ketimbang melanjutkan pendidikan ke akademi tentara atau polisi. Pertama kali, ia mencoba bekerja di perusahaan bahan bangunan PT Djabesmen. Tugasnya membersihkan sisa-sisa semen.

Hanya empat bulan bekerja di Djabesmen, Sujana pindah ke PT Asiana Inti Industri, produsen boneka. Waktu itu, ia bertugas di bagian gudang.

Namun, karena ingin mendapatkan pengalaman bekerja yang lebih banyak, Sujana rela mengerjakan berbagai tugas tambahan, termasuk mencuci mobil dan membelikan makanan. “Jadi office boy pun saya mau, yang penting mendapatkan pengalaman dari bermacam orang,” tandasnya.

Sudah suratan, setelah lima tahun bekerja, Sujana menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK). Usaha untuk bekerja di sebuah perusahaan otomotif pun gagal meski sudah menjalani tes berkali-kali.

Tapi, inilah yang justru menjadi momentum bagi Sujana untuk terjun di bisnis yang ia kenal. Ia berjualan bahan baku dan limbah boneka. “Yang saya tahu saat itu cuma soal boneka,” kata ayah lima anak ini.

Pada 1995, dengan modal pesangon sebesar Rp 5 juta dari perusahaan boneka, Sujana mulai menjual bahan baku pembuatan boneka dan boneka jadi yang dibuat oleh pihak lain. Awalnya, ia menyewa sebuah toko kecil di Goro, Bekasi, yang ia beri nama Hayashi Toys.

Tak disangka, bisnisnya lancar. Keuntungan dari usahanya itu dia putar lagi hingga ia mampu menambah menjadi 17 toko.

Pakai jalur waralaba

Tapi, badai krisis 1999 membuat bisnis Sujana babak belur. Hayashi Toys bangkrut dan ia harus menanggung utang mencapai Rp 50 juta.

Lantaran harus melunasi utang sebesar itu, Sujana memeras otak. Tak cuma menjual bahan baku, ia ingin membuat boneka sendiri. Dengan modal awal Rp 500.000, ia memproduksi boneka dibantu dua karyawan dan dua mesin jahit.

Lantaran modal kurang, Sujana meminjam uang dari bank keliling yang bunganya cukup mencekik. “Pertama kali saya pinjam Rp 5 juta,” tuturnya. Di tengah jalan, Sujana menambah pinjaman hingga Rp 30 juta.

Beruntung, berbekal pengalaman bekerja di perusahaan boneka dan berjualan bahan baku, ia mampu memproduksi boneka yang desainnya tak kalah dari produsen lain. Hasilnya, penjualan terus meningkat. Utang yang harusnya dikembalikan dalam lima tahun bisa lunas hanya dalam tiga tahun.

Seiring meningkatnya permintaan, Hayashi Toys terus memperluas bisnis dengan membangun pabrik dan workshop di Bekasi. Ia juga punya empat gudang bahan baku di Bekasi, Bogor, dan Bandung.

Kini, saban hari Hayashi Toys mampu memproduksi dan menjual ribuan boneka dengan beraneka model dan ukuran. Keunggulan boneka ini adalah harganya yang miring. “Kami juga tak takut berinovasi dalam desain dan model,” ujarnya.

Bahkan, melihat permintaan boneka yang kian meningkat, pada 2009, Sujana memberanikan diri untuk membuka waralaba toko boneka Hayashi Toys yang menangani distribusi boneka di satu wilayah.

Kini, Hayashi Toys sudah memiliki 11 terwaralaba di beberapa lokasi. Sampai akhir tahun 2011, Sujana menargetkan bisa menambah jumlahnya menjadi 25 terwaralaba.
Sumber : kontan-online.co.id

0 komentar:

Posting Komentar